“Siapa dia?”
“Dia si Abu Nawas yang gila itu.”
“Coba panggil kemari, tanpa ada yang tahu,” perintah Raja Harun Ar Rasyid.
“Baiklah ya Amirul Mukminin.”
Tidak berapa lama para pengawal itu berhasil membawa Abu Nawas ke hadapan Raja Harun Ar Rasyid.
“Salam bagimu wahai Abu Nawas,” kata Raja Harun Ar Rasyid.
“Salam kembali wahai Amirul Mukminin,” jawab Abu Nawas.
“Kami merindukanmu wahai Abu Nawas,” kata Raja Harun Ar Rasyid.
“Ya tetapi aku tidak,” jawabnya.
“Berilah aku nasihat?”
“Dengan apa aku menasihatimu, inilah istana dan kuburan mereka.”
“Tambahkan lagi, engkau telah memberikan nasihat yang bagus”
“Wahai Amirul Mukminin, barang siapa dikaruniai Allah swt dengan harta dan ketampanan, lalu ia dapat menjaga kehormatannya dan ketampanannya serta memberikan bantuan dengan hartanya, maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang saleh”, katanya.
Harun Ar Rasyid mengira Abu Nawas menginginkan sesuatu darinya. “Aku telah menyuruh orang-orangku untuk membayar hutangmu,” kata Harun Ar Rasyid.
“Tidak, Amirul Mukminin. Hutang tidak dapat dibayar hutang. Kembalikan harta itu kepada yang berhak. Bayarlah hutang diri Anda untuk diri Anda sendiri.”
“Aku telah mempersiapkan sebuah hadiah untukmu.”
“Wahai Amirul Mukminin, apakah paduka berfikir bahwa Allah hanya memberikan karunia kepada Anda dan melupakanku?” setelah berkata demikian Abu Nawas segera berlalu dari hadapan Raja Harun Ar Rasyid.
0 komentar:
Post a Comment
Please comment and get free dofollow backlink to your blog ^_^